Jumat, 01 September 2017

Nilai-Nilai Pendidikan dalam Qurban menjadi Tema Khotbah Idul Adha di SMK PU Malang


Hari ini, seluruh umat Islam merayakan Hari Raya Idul Adha. Demikian juga seluruh warga SMK Pekerjaan Umum Malang, bertempat di halaman sekolah, tepat pukul 06.00 WIB melaksanakan sholat Idul Adha. Bertindak selaku Imam Sholat dan Khotib adalah Ustadz Khoirul Anam dari Ma'had Al Islamiyah Malang dan Bilal adalah Bisma,siswa kelas XII Teknik Geomatika (Survey Pemetaan).

Dalam ceramahnya, Ustadz Khoirul Anam menyampaikan nilai-nilai pendidikan dalam ibadah Qurban yang patut diteladani oleh seluruh umat Islam.
Ibadah kurban pada hakekatnya mengikuti sunnah keluarga besar nabi Ibrahim as keluarga tauhid yang lurus yang telah memberikan contoh sempurna dalam menghambakan diri kepada Allah. Ada beberapa hikmah keteladan yang perlu kita fahami. Yang pertama dari Hajar, istri nabi Ibrahim, kita dapat belajar keikhlasannya dalam mengorbankan putra satu-satunya yang tercinta, setelah sekian lama bersusah payah dalam mengandung dan melahirkan, dilanjutkan dengan berbagai kesusahan untuk mempertahankan hidup putranya yang ditinggal suaminya di tengah padang pasir yang kering kerontang. Ibu mana yang hidup di jaman modern ini yang akan merelakan anaknya disembelih suaminya yang katanya atas perintah Allah. Hajar, yang karena keimanannya yakin betul bahwa suaminya tidak akan menyalahi perintah Allah, merelakan anaknya disembelih untuk memenuhi seruan Allah. Keikhlasan Hajar dalam mengorbankan putranya dapat dijadikan teladan bagi para ibu dalam menumbuhkan jiwa berkorban.
Dari Isma'il sendiri kita dapat belajar bagaimana seorang anak muda karena keimanannya rela mengorbankan nyawanya karena Allah. Ketika ayahnya menyampaikan kepadanya perintah Allah untuk menyembelihnya, Isma'il menjawab yang artinya: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".) Subhanallah, andaikan perintah itu disampaikan kepada anak muda jaman sekarang mungkin ayahnya sudah dituduh gila. Bahkan bukan tidak mungkin ayahnya terlebih dahulu akan dibunuh oleh anaknya. Hanya orang-orang yang mempunyai keimanan dengan landasan tauhid yang kuat yang rela mengorbankan nyawanya karena Allah. Sikap seperti inilah yang mestinya diteladani oleh setiap orang beriman.
Nabi Ibrahim as., nabi yang terkenal karena kelurusan tauhid dan kecerdasan akalnya, telah membenarkan perintah Allah untuk menyembelih anaknya. Dia tidak pernah mempersoalkan perintah yang nampak tidak masuk akal itu dan tidak pernah meragukannya. Dia korbankan kecerdasan akalnya untuk mendahulukan perintah Allah. Di jaman modern manusia terjebak kepada pendewaan akal. Sains dan teknologi seolah muncul sebagai kekuatan baru yang dipertuhan. Padahal semua itu adalah makhluk Allah. Allah telah menciptakan sunnatullah yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan sains dan teknologi. Manusia mestinya memanfaatkan akal, sains dan teknologi untuk menghambakan diri kepada Allah. Bukan justru sebaliknya berbuat syirik, menuhankan akal, sains dan teknologi disamping Allah. Sikap nabi Ibrahim as., yang mendahulukan wahyu dari pada akal tersebut tetap relevan untuk dijadikan teladan dalam kehidupan di abad modern ini.
Kurban yang kita laksanakan selama ini yakni dengan menyembelih hewan kurban dan membagikannya kepada keluarga, orang-orang fakir dan orang-orang yang meminta lebih bermakna simbolis. Besar kurban yang kita keluarkan tidak seberapa jika dibandingkan dengan pengurbanan yang dilakukan oleh keluarga besar nabi Ibrahim as. Dengan memahami ilmu dan mengikuti keteladannya kita berharap untuk dapat mewarisi sikap mendahulukan Allah dari pada yang lain. Disamping itu dengan melaksanakan ibadah kurban ini diharapkan akan tumbuh jiwa kedermawanan dalam diri setiap orang yang berkurban.
Foto-foto selengkapnya dapat dilihat pada Facebook dan Fanspage resmi smk-pu malang.

Tidak ada komentar: